Kembali ke arah selat, Sabai.
Sebelum kota ini membuat tumitmu
terus membentur pembatas jalan.
Kota ini akan terus menghitung dengkur
Dibuatnya kita mimpi berlari di antara kedai-kedai pakaian
menelusuri gang-gang sempit
dengan suara-suara mesin jahit terus menderu
dan akan terus ada ratap pukimak mengharu-biru itu.
Kita akan terjaga, akan terus dibuat terjaga
Dengan pandangan mata menghampang rumah-rumah tinggi
tiang-tiang tinggi, jalan-jalan membenam-meninggi.
Kita dibuat terjaga di meja makan dengan hidangan pagi
menghadapi ayam goreng potong empat
gulai ikan karang dengan insang membiru
dan bau kulit sepatu lama direbus dalam panci.
Kembali, sebelum mambang belang lima
penunggang hantu kuda jantan tak bermoncong
dan tak berpinggang itu tiba dari masa lalu
merampas selimut tidur hingga pakaian dalammu
merebut buku tata cara membuat kerang saus padang
dengan sampul bergambar pisau
dan sendok goreng menyilang, kesukaanmu itu.
Ke arah selat, Sabai
mari ke ruang di mana tidur
tidak dihitung dari berapa kali kita mendengkur.
Depok, 2017
Dimuat di Koran Kompas, 7 April 2018